Jumat, 07 Maret 2014

KARYA TULIS

                                       



                                                  ARTI SEORANG AYAH
Perjuangan yang tidak akan pernah terlupakan adalah perjuangan seorang ayah terhadap anak nya, aku teringat saat ayah menafkahi seorang istri dan anak-anak nya, ayah bekerja membanting tulang demi aku, demi masa depan ku, dan demi cita-cita ku, pada kali ini, aku akan menulis cerpen tentang "perjuangan seorang ayah".
Aku adalah seorang anak dari keluarga sederhana, dan aku tinggal di sebuah kampung yang terdapat banyak pohon sawit, di tempat tinggal ku tidak terlalu banyak rumah, bisa di hitung banyak nya rumah di tempat ku, tidak lebih dari 4, itu pun jarak nya jauh-jauh rumah kami tidak ada PLN, kami menggunakan mesin genset, dan hidup nya hanya jam 6 sore sampai jam 10 malam.
Teringat pada tanggal 31 agustus 2006, pada hari itu, tepat nya pukul 01:00 aku terbangun dari tidur ku dan mendegar suara orang merintih dan seperti nya karna kesakitan, karna merasa terganggu dengan rintihan itu, aku pun terbangun dan mencari tahu siapa yang merintih, dan pada saat aku lewat depan pintu kamar kakak ku, ternyata kakak laki-laki ku merintih karna sakit perut, aku pun masuk ke dalam kamar nya, aku begitu panik melihat wajah kakak ku pucat, aku pun segera memanggil ayah dan ibu untuk melihat kakak ku, 'yah... bu... bg riko, bg riko yah.... bg riko kesakitan, dia memeganggi perut nya dari tadi, dan wajah nya terlihat pucat sekali, lalu dengan wajah yang panik ayah dan ibu dengan wajah nya yang terlihat panik segera bergegas ke kamar bg riko, dan pada saat itu, bg riko sudah tidak sadar lagi, mungkin dia tidak tahan oleh sakit yang dia rasa kan di perut nya... lalu ibu menyuruh ayah membawa bg riko ke rumah sakit atau puskesmas terdekat, namun sungguh sial, ternyata ban motor ayah bocor.. ayah dan ibu sangat panik di sertai bingung yang mendalam, di tambah dengan wajah bg riko yang semakin pucat dan tidak mau sadar walau pun hidung nya sudah di kasih wangi-wangian minyak kayu putih, pada saat itu lh, ntah apa yang ada di pikiran ayah, tiba-tiba dengan ngotot nya ayah bilang kalau dia mau meminjam motor ke tempat tetangga terdekat, padahal tetangga terdekat kami berjarak 1,5 km.aku berniat untuk menemani ayah, namum ayah mencegah ku, dia bilang, kalau aku ikut ibu tidak ada teman nya, lalu tanpa ada kata ba,bi,bu lagi.. tepat nya pada malam itu jam setengah 2 malam dengan berbekal senter ayah pergi ke rumah tetangga kami yang jarak nya cukup jauh untuk meminjam sepeda motor, tanpa ada rasa takut ayah terus berjalan di temani gelap nya malam.. yang ada di pikiran ayah hanya lh keadaan bg riko, ayah terus berdoa dalam hati supaya tidak terjadi apa-apa dengan bg riko, setelah berjalan hampir 1 jam setengah akhir nya ayah sampai di tempat tetangga kami, dengan wajah panik ayah mengucap salam 'as'salamualaikum... tono..tono..' setelah memanggil beberapa kali, akhir nya yang di panggil pun terdengar suara nya dan menjawab salam 'wa'alaikumsalam.. om tono terkejut melihat ayah datang malam-malam tanpa kendaraan, lalu ayah menceritakan semua nya kepada om tono termasuk tujuan nya datang ke tempat om tono, dengan hati yang ikhlas dan baik tanpa ada satu syarat apa pun, om tono langsung meminjam kan motor nya kepada ayah.. ayah mengucap terima kasih berkali-kali kepada om tono dan ayah segera pulang untuk membawa bg riko ke rumah sakit, setelah sampai rumah, ayah langsung membawa bg riko ke rumah sakit, setelah sampai rumah sakit bg riko di periksa oleh dokter, setelah selesai pemeriksaan betapa terkejut nya ayah setelah tau bg riko kena usus buntu, dan ternyata usus buntu nya sudah parah dan harus segera di operasi, tanpa pikir panjang lagi, ayah setuju bg riko di operasi.. dan tepat nya jam 10 pagi, operasi nya bg riko berjalan.


Sampai situ dulu cerita saya, dengan membaca cerpen saya tadi semoga teman-teman yang membaca bisa mengambil hikmah nya. seorang ayah yang berjuang demi keselamatan anak nya.
Ayah sangat berharga buat ku, tanpa ayah hidup ku terasa hampa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar